Hubungan Krisis Global dan Martabak


Seorang laki-laki yang tinggal di tepi jalan dan menjual martabak kurang pendengaran, makanya dia tidak punya radio. Dia punya kesulitan dengan matanya, jadi dia tidak membaca surat kabar atau nonton televisi. Tetapi dia menjual martabak yang lezat. Dia memasang tanda di pinggir jalan untuk mengiklankannya. Dia berdiri ditepi jalan dan berseru, "beli martabak, pak?" dan orang-orang membeli martabak yang dijualnya. Dia meningkatkan pesanan mentega dan susu. Dia membeli kompor yang lebih besar untuk mengurus dagangannya.

Akhirnya anak laki-lakinya pulang dari perguruan tinggi untuk membantunya. Tetapi kemudian sesuatu terjadi. "Ayah, tidakkah ayah mendengarkan radio?" anaknya bertanya. "Tidakkah ayah membaca surat kabar atau nonton TV? krisis global sedang berlangsung. Situasi di Amerika mengerikan, situasi Indonesia lebih buruk lagi."

Maka si Ayah mengurangi pesanan mentega dan susu, menurunkan papan iklan dan tidak lagi mau repot-repot berdiri di tepi jalan untuk menjual martabak. Tak dapat disangkal, penjualannya langsung anjlok dalam sekejap mata.

"Kau benar, Nak," kata si Ayah kepada anaknya. "Kita sedang berada di tengah-tengah krisis global."
READ MORE » Hubungan Krisis Global dan Martabak

Kota Penyesalan



Sebenarnya aku tidak berencana kemana mana tahun ini, namun toh aku berkemas kemas juga. Dan akupun berangkat, dgn penuh penyesalan. Itu adalah satu lagi perjalanan yg aku sesali.

Aku pesan tiket penerbangan 'andai aku punya'. Aku tidak memasukkan bagasiku dan aku harus menyeretnya jauh sekali dibandara kota penyesalan ini. Dan aku dapat melihat orang-orang dari seluruh dunia disana bersamaku, tertatih tatih dengan beban bagasinya masing-masing.

Aku naik taksi ke hotel 'Tak Ada Pilihan Lain', dimana sang supir mengemudikan mobilnya mundur, terus menengok kebelakang. Dan disana aku temukan ruang pesta dimana acaraku akan diadakan: 'Pesta Tahunan Mengasihani Diri Sendiri'. Ketika aku check-in, aku melihat bahwa teman lamaku ada dalam daftar tamu: 'kesempatan yg hilang', 'semua hari kemarin', 'harapan yg sirna', 'impian yg kandas', 'jangan sakiti aku', 'aku tak tahan lagi'.

Dan tentu, jam demi jam hiburan akan disuguhkan oleh tukang cerita yg sudah terkenal, yaitu si 'Semua Salah Mereka'

Ketika aku bersiap siap tidur, aku sadar bahwa ada satu orang yg berkuasa untuk menyuruh semua orang itu pulang dan membubarkan pestanya: yaitu aku sendiri. Aku tinggal kembali ke masa sekarang dan menyambut hari yang baru...!
READ MORE » Kota Penyesalan

Sejarah Bom Bunuh Diri Sebagai Taktik Teror, Perang dan Politik



Pada akhir abad ke-17 Yu Yonghe pejabat dinasti Qing mencatat bahwa tentara Belanda yang terluka saat berperang melawan pasukan Koxinga untuk menguasai Taiwan tahun 1661 menggunakan mesiu untuk meledakkan diri sendiri daripada harus jadi tawanan.
Selama Revolusi Belgia, Letnan Belanda Jan van Speijk meledakkan kapal sendiri di pelabuhan Antwerp untuk mencegah ditangkap oleh Belgia.

Contoh lain adalah tentara Prusia Karl Klinke pada 18 April 1864 pada Pertempuran Dybbøl, yang meninggal meledakkan terowongan benteng Denmark.

Pada abad ke-18 John Paul Jones menulis tentang pelaut Ottoman yang merancang kapal-kapal mereka sendiri untuk dibakar dan menyeruduk kapal-kapal musuh mereka, meskipun mereka tahu ini berarti kematian bagi mereka.

Bom bunuh diri modern sebagai alat politik dapat ditelusuri kembali saat pembunuhan Tsar Alexander II di Rusia pada 1881. Alexander jadi korban plot kelompok nihilist. Saat berkendara di salah satu jalan pusat Saint Petersburg, dekat Istana Musim Dingin, ia terluka parah oleh ledakan granat rakitan dan meninggal beberapa jam kemudian. Tsar dibunuh oleh anggota Narodnaya Volya, Ignacy Hryniewiecki, yang ikut meninggal saat bom meledak selama serangan.

Rudolf Christoph Freiherr von Gersdorff tercatat pernah bermaksud membunuh Adolf Hitler dengan bom bunuh diri pada 1943, tetapi tidak dapat menyelesaikan serangan.

Selama Battle for Berlin, Luftwaffe (angkatan udara NAZI) menerbangkan satuan Selbstopfereinsatz untuk menghancurkan jembatan-jembatan yang dibuat satuan zeni tempur Soviet  di atas sungai Oder. Misi ini diterbangkan oleh pilot dari Skuadron Leonidas di bawah komando Letnan Kolonel Heiner Lange. Dari 17 April sampai 20 April 1945 menggunakan pesawat yang tersedia, Luftwaffe mengklaim bahwa skuadron itu telah menghancurkan 17 jembatan, namun sejarawan militer Antony Beevor ketika menulis tentang insiden itu berpendapat bahwa angka itu terlalu dibesar-besarkan dan cuma jembatan kereta api di Küstrin yang positif hancur. Dia berkomentar bahwa "tiga puluh lima pilot dan pesawat merupakan harga yang harus dibayar untuk suatu keberhasilan terbatas dan sementara". Misi dibatalkan ketika infanteri Soviet mencapai  pangkalan udara skuadron di Jüterbog.

Pada periode yang sama Jepang yang makin frustrasi, memperkenalkan taktik Kamikaze, tindakan ini menjadi formal dan ritual, seperti pesawat dilengkapi dengan bahan peledak khusus untuk tugas misi bunuh diri.  tindakan ritual pengorbanan diri oleh kekuatan militer, terjadi selama pertempuran dalam skala besar pada akhir Perang Dunia II.  sebagai taktik militer yang bertujuan menimmbulkan kerusakan material pada kapal-kapal Sekutu di Pasifik. Serangan itu menyebabkan kerusakan yang signifikan karena  pesawat terbang mereka sarat bahan peledak. Tapi serangan kamikaze tidak efektif untuk menghancurkan dek penerbangan kapal induk yang berlapis baja.
Angkatan Laut Jepang juga menggunakan  torpedo Kaiten  yang dikemudikan satu atau dua orang pada misi bunuh diri. Meskipun kadang-kadang disebut kapal selam cebol, ini adalah versi modifikasi dari torpedo tak berawak. Meskipun sangat berbahaya, serangan-serangan kapal selam cebol tidak secara teknis merupakan misi bunuh diri, karena setelah membidik targetnya kedua crew melompat ke laut meskipun itu berarti mereka juga tidak akan pulang, karena kedua crew itu akan saling menembakkan pistol pada partnernya.

Setelah Perang Dunia II, Viet Minh "sukarelawan kematian" berperang melawan Pasukan Kolonial Perancis dengan menggunakan peledak seperti tongkat panjang untuk menghancurkan tank Perancis.

Sebagian besar serangan bunuh diri modern dilakukan oleh kelompok Islam radikal, dengan pengecualian beberapa separatis Pembebasan Macan Tamil Eelam di Sri Lanka

Di Israel, Gaza dan Tepi Barat, pemboman bunuh diri adalah strategi anti-Israel pada umumnya yang dilakukan oleh kelompok Islam dan kadang-kadang oleh kelompok-kelompok Palestina sekuler termasuk PFLP.

Ada begitu banyak sukarelawan untuk "Istishhadia" dalam Intifada Kedua di Israel dan wilayah pendudukan, menjadinya taktik yang populer, hingga kelompok Fatah menyatakan bahwa mereka 'dibanjiri' pemohon. serangan bunuh diri juga umum terjadi di Irak dan Afghanistan 
Bom Bunuh diri telah menjadi taktik di Chechnya, pertama digunakan dalam konflik pada tahun 2000 ketika seorang pria dan seorang wanita mengendarai sebuah truk sarat bom ke pangkalan militer Rusia di Alkhan Kala. Sejumlah serangan bunuh diri telah terjadi di Rusia sebagai akibat dari konflik Chechnya, mulai dari krisis penyanderaan teater Moskow tahun 2002 dengan krisis penyanderaan sekolah Beslan tahun 2004 dan pemboman Moskow Metro  2010  juga diyakini hasil dari konflik Chechnya.


Di Asia Tenggara praktek bom bunuh diri cukup dikenal setelah serangan di distrik Kuta, Bali, Indonesia pada tahun 2002. Serangan serupa juga terjadi di beberapa hotel, kedutaan dan beberapa tempat secara sporadis hingga sekarang. Pemboman dilakukan mulai dengan bahan high explosive C-4, TNT, hingga low explosive, dengan menggunakan kendaraan (mobil), backpack, hingga paket seperti buku.

Yang paling spektakuler adalah serangan bunuh diri di Amerika Serikat. 11 September 2001 yang merobohkan menara kembar World Trade Center dan Pentagon.  Serangan serentak yang menewaskan hampir 3000 orang di New York. Pada saat fajar 11 september 2001 sembilan belas pembajak mengambil alih kendali empat pesawat komersial dari rute penerbangan San Fransisco, Los Angeles, Newark dan Washington DC. American Airlines Flight 11 dan United Airlines Flight 175 menghantam WTC, grup lain dari American Airlines Flight 77 menuju pentagon dan United Airlines Flight 93 jatuh di Shanksville. Dari transkrip rekaman audio kokpit dan beberapa penumpang yang berhasil melakukan komunikasi ponsel, menjelaskan detail kejadian dipesawat, bahwa pembajak menggunakan sejenis semprotan kimia mirip gas air mata atau merica, dan menikam pilot serta pramugari. Organisasi teroris Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dituding bertanggung jawab atas serangan ini

Jumlah serangan menggunakan taktik bunuh diri telah meningkat dari rata-rata kurang dari lima per tahun selama tahun 1980 menjadi 180 per tahun antara tahun 2000 dan 2005, dan dari 81 serangan bunuh diri di 2001 hingga 460 pada tahun 2005. Serangan ini diarahkan pada sasaran militer dan sipil, termasuk di Sri Lanka, di Israel sejak tanggal 6 Juli 1989,  di Irak sejak invasi pimpinan negara itu tahun 2003, dan di Pakistan dan Afghanistan sejak tahun 2005. Doktrin perang menganggap serangan bunuh diri sebagai hasil ketidakseimbangan kekuatan, dimana satu kelompok menteror target sipil atau pemerintah yang menjadi musuhnya dengan menciptakan huru hara dan kepanikan.

READ MORE » Sejarah Bom Bunuh Diri Sebagai Taktik Teror, Perang dan Politik

Sudah Siapkah Kita Untuk City Survival?



Fakta bahwa orang Indonesia hidup dalam radius patahan tektonik yang mulai bergolak, mengharuskan kita untuk segera merubah mind-set, paling tidak saat ini level resiko bencana telah menjangkau area anomali yang selama ini dianggap "aman".  
Aktivitas Survival


Dalam situasi bencana, hampir dapat dipastikan semua orang akan tergantung pada pemerintah, mitos bahwa pemerintah akan melakukan respon penyelamatan yang efektif, adalah kekeliruan yang hanya akan memperkeruh situasi, bahkan untuk negara dengan sistem paling siaga sekalipun.

Bukan untuk menakuti atau berdebat soal takdir, program survival merupakan keterampilan tanggap darurat yang harus dipelajari setiap orang yang hidup didaerah potensi bencana atau konflik, tujuannya mencegah seseorang masuk dalam status pengungsi. Survivalis kota seringkali meremehkan manajemen penyimpanan makanan sampai mereka menyadari telah terlambat melakukannya, dan korban mulai berjatuhan

Prinsip vital dalam survival adalah hukum termodinamika, artinya selama situasi darurat, kita tidak boleh menggunakan energi lebih banyak dari yang kita konsumsi, gagal menerapkan prinsip ini, berarti tragedi

Masyarakat kota memiliki sumber makanan melimpah,  tetapi itu bukan dari proses berburu atau bercocok tanam. Keterampilan berburu dan menjerat bagaimanapun tetap dibutuhkan dalam adaptasi di lingkungan kota. Sumberdaya makanan bisa tersedia, tapi sangat jauh berbeda dengan mereka yang hidup di pedesaan, misalnya ditengah kota kita hanya bisa menemukan ikan, merpati atau bahkan tikus.

Bagaimana dengan energi? Dalam situasi darurat, energi akan sangat langka, jadi sumber seperti baterai/aki portabel harus diprioritaskan untuk peralatan telekomunikasi atau pemancar radio.

Sangat dianjurkan untuk memiliki kit survival portabel seperti kotak obat-obatan, perkakas, kit berburu, pelampung, pakaian hangat dan tenda. Yang terakhir adalah kerjasama antar survivalis yang tanggap dan terkoordinir.

Setidaknya pemahaman tentang prinsip ini akan meminimalisir dampak bencana, bukan mencegahnya, tapi memberikan peluang untuk bertahan hidup selama mungkin hingga bantuan yang diharapkan datang.
READ MORE » Sudah Siapkah Kita Untuk City Survival?